Senin, 28 Juli 2008

ESL DINNER at WestGate




Kelas ESL 2.3 mengadakan dinner dan nonton film bareng di daerah sekitar Westgate (10 mil dari kampus). Dinner I ni di-organize oleh Carol King, guru Speking/Listening kami yang orangnya memang heboh banget dan enjoying do fun things.
Kami dinner di Buffet Palace yang menyediakan bermacam masakan Asia mulai dari China, Korea, Vietnam, Melayu, Jepang, dan beberapa masakan Mexico. Rasanya lumayan enak dan bring back our memory to the homeland, apalagi buat yang kangen masakan ibu-nya. Namanya juga buffet, harganya lumayan mahal untuk mahasiswa, $ 13 sudah termasuk dessert dan minum. Teman-teman banyak yang membawa pacar, suami, istri, atau temannya, while I went by myself…(hiks…)
Setelah dinner kami nyebrang ke Westgate Theater, di sana rombongan terbagi dua karena pilihan Film yang berbeda, satu kelompok nonton The Dark Night, kelompok yang lain nonton Mamma-Mia! Aku bener-bener pengen nonton The Dark Night, tapi filmnya panjang, sementara teman yang mobilnya aku tumpangi nonton Mamma Mia! yang akan selesai 1 jam lebih dulu. Jadi atas pertimbangan itu aku ikut nonton Mamma-Mia!
Tapi,…nothing to loose nonton Mamma-Mia karena di film itu ada Pierce Brosnan (my favorite, the most!) yang memerankan tokoh Sam Carmichael. Berhubung ini film model Broadway (atau Bollywood, should I say?) jadi ada unsur tari dan nyanyi..(minus menangis sambil memegang tiang-tiang rumah a-la Bollywood..haha!) maka Pierce Brosnan pun menyanyi. Tapi,…..Alamakkk…!!! betapa ajaibnya melihat dia menyanyi….Betul-betul merusak Film…hehe…
Tapi Carol dengan manis-nya berkata, “itu mencerminkan sisi humanis Pierce. Biasanya kan dia tampil so perfect dan ganteng di Remington Steele or James Bond.” I think I have to agree with that. Pierce is too good to be true, dan di Mamma-Mia! kita bias melihat he is also a human-being!.
It was a great night. We all had fun and great pictures!!!

Thursday, July 24, 2008

Hari Sabtu di Barton Creek dan Barton Springs




Sabtu pagi, aku bingung mau ngapain karena teman serumah dan ibu kos sedang pergi ke San Antonio, piknik rombongan ESL. Aku nggak bias ikut karena bis sudah penuh, dan aku maklum karena aku datang ke Texas terlambat satu minggu jadi aku ketinggalan banyak hal termasuk daftar piknik.
Tak lama setelah ibu kos ku pergi, Ima teleppon dan ngajak aku hiking. Terus terang, aku lagi capek jalan kaki melulu, sudah seminggu penuh aku jalan kesana-kemari di hawa yang terik. Kebayangk kan betapa manja-nya kita di Jakarta yang kemana-mana bisa pakai ojek dan taxi? Tapi setelah Ima agak membujuk dengan bilang “jalannya nggak lama kok..Cuma sedikit…” akhirnya aku menyerah, dan 15 menit kemudian mereka sudah datang menjemput.
Akhirnya kita berangkat ke Barton Creek. Ceritanya, Ima ingin banget main air di tengah udara panas ini., dan katanya di Barton Creek ada air terjun. Lalu setelah kami berjalan beberapa ratus meter…tibalah kami di—yang seharusnya—air terjun. Ternyata, yang tersisa Cuma batu-batu besar yang kering. Gersang. Nggak ada air.
Karena agak kecewa, akhirnya kami cuma foto-foto di batu, yang seharusnya air terjun, dan memutuskan pergi ke Barton Springs. Barulah di sana kami menemukan air yang sangat menyejukkan! Nggak mau rugi, kami pun menyewa kayak seharga $ 10 per kayak untuk 1 jam yang bisa dinaiki 2 orang. Walaupun nggak ada pengalaman ber-kayak, tapi akhirnya kami melaju juga.
Melintasi air yang dingin dan tenang, sambil mendayung di bawah terlihat rumput algae yang mirip sekali hutan, diselingi ikan yang berenang-renang di sela algae dan kadang terlihat kura-kura berdiameter 20 cm berenang mendekati kayak. Kami mendayung sampai ke bawah jembatan pusat kota di Congress Street.
Menikmati matahari jam 10 pagi di atas kayak yang mengapung di air yang dingin dan udara yang segar membuat Sabtu saya menjadi begitu sempurna.

Sabtu, 19 Juli 2008

Pengorbanan Tiga Gadis Kecil


Tahukah apa yang paling berat untuk perempuan dalam meneruskan studi di luar negeri? ..Ninggalin anak...

Bagaimanapun juga, meneruskan studi bukan semanta-mata ambisi, tapi lebih pada meraih kesempatan, mengembangkan diri, pembangunan kapasitas pribadi, yang pada akhirnya bertujuan untuk menjadi manusia yang kompetitif, di mana benefitnya akan terasa kepada anak-anak di kemudian hari. (maksudnya memperbaiki nasib untuk masa depan, gitu).

Anak mungkin harus dikorbankan dengan absen-nya kita sebagai ibu untuk beberapa waktu. Tapi, saya selalu yakin bahwa kita pun memberi role-model yang baik bagi anak untuk terus menuntut ilmu tanpa mengenal umur.

Cassie, Sierra, dan Brenna adalah sebagian kecil dari anak-anak yang harus ditinggal ibunya untuk belajar. Pengorbanan anak-anak seharusnya memacu sang ibu untuk menyelesaikan studi cepat waktu, bahkan lebih dari itu, harus cum laude. Kalau nggak, rasanya pengorbanan mereka tidak sepadan dengan achievement ibunya.

Mudah-mudahan Mummy dapat menggunakan setiap detik dari waktu Mummy di sini untuk sesuatu yang bermanfaat. I miss you all


Austin, July 17, 2008

AUSTIN, Texas


Sebelum memulai kuliah di US, sebagian besar Fulbrighter mengikuti program ESL (English as Second Language) di beberapa universitas. Seharusnya saya ikut ESL di home university (SUNY Buffalo), tapi karena terlambat akhirnya saya ikut di University of Texas at Austin


UT termasuk 15 besar dalam World’s Class University. Bisa saya akui kampus ini termasuk kelas dunia, selain kapasitasnya besar (dosen 2,778 orang, full time staf 11,000 orang, part time staf 12,000 orang), mahasiswa 50,000 orang, budget tahunan US$ 1,7 miliar, research funding US$ 422 juta, dan mempunyai 7 museum (salah satunya Lyndon B Johnson, pusat studi kebijakan public yang popular) dan 17 perpustakaan.



Arsitektur bangunan kampus pun mempesona karena perpaduan klasik Spanyol dan Amerika. Setiap Senin, Rabu, dan Jumat jam 12.50 – 13.00 berdenting orgel (the carillon) music khas Spanyol yang dimainkan oleh Tom Anderson di Tower (main building) yang membuat orang berhenti untuk mendengarkan sejenak alunan khas jaman colonial.


Tapi lebih dari itu, yang mempesonakan saya adalah pengaturan transportasi di kota Austin. Universitas menyediakan bis yang menjangkau sudut-sudut kota dan pusat kos-kosan mahasiswa yang gratis. Di luar itu, mahasiswa bisa naik public bus tanpa biaya dengan cara menggesek kartu mahasiswa ke sebuah mesin dalam bis, atau bagi non mahasiswa mereka bisa membayar 1 dollar dan mendapat kartu pass yang berlaku selama 24 jam. Lagipula, jalan-jalan di kota Austin sangat nyaman bagi pejalan kaki.



Saya tinggal di Duval street, old neighborhood yang nyaman, teduh, dan orang-orangnya sangat ramah. Perjalanan dari rumah ke kampus memakan waktu 20 menit karena harus berjalan sejauh 4 blok dan naik bis (sayang, disini nggak ada ojek..hehe..). Jalanan pun agak sedikit mendaki. Di hari pertama saya di Texas sepulang dari groceries shopping saya harus mengangkat empat tas besar berisi belanjaan yang berat-berat dan harus berjalan mendaki 4 blok dalam keadaan panas..dan.. capek,…pokoknya hampir nangis deh…. Apalagi saat itu mengingat begitu mudahnya di Indonesia kita manggil taxi dan belanja door-to-door: keluar dari pintu hypermart naik taxi yang berhenti di depan rumah…*sigh*…



Bagaimanapun juga, berada di Austin adalah pengalaman yang sangat manis dan berharga. I love to be here…..I love Austin..

Austin, July 17, 2008