Sabtu, 19 Juli 2008

AUSTIN, Texas


Sebelum memulai kuliah di US, sebagian besar Fulbrighter mengikuti program ESL (English as Second Language) di beberapa universitas. Seharusnya saya ikut ESL di home university (SUNY Buffalo), tapi karena terlambat akhirnya saya ikut di University of Texas at Austin


UT termasuk 15 besar dalam World’s Class University. Bisa saya akui kampus ini termasuk kelas dunia, selain kapasitasnya besar (dosen 2,778 orang, full time staf 11,000 orang, part time staf 12,000 orang), mahasiswa 50,000 orang, budget tahunan US$ 1,7 miliar, research funding US$ 422 juta, dan mempunyai 7 museum (salah satunya Lyndon B Johnson, pusat studi kebijakan public yang popular) dan 17 perpustakaan.



Arsitektur bangunan kampus pun mempesona karena perpaduan klasik Spanyol dan Amerika. Setiap Senin, Rabu, dan Jumat jam 12.50 – 13.00 berdenting orgel (the carillon) music khas Spanyol yang dimainkan oleh Tom Anderson di Tower (main building) yang membuat orang berhenti untuk mendengarkan sejenak alunan khas jaman colonial.


Tapi lebih dari itu, yang mempesonakan saya adalah pengaturan transportasi di kota Austin. Universitas menyediakan bis yang menjangkau sudut-sudut kota dan pusat kos-kosan mahasiswa yang gratis. Di luar itu, mahasiswa bisa naik public bus tanpa biaya dengan cara menggesek kartu mahasiswa ke sebuah mesin dalam bis, atau bagi non mahasiswa mereka bisa membayar 1 dollar dan mendapat kartu pass yang berlaku selama 24 jam. Lagipula, jalan-jalan di kota Austin sangat nyaman bagi pejalan kaki.



Saya tinggal di Duval street, old neighborhood yang nyaman, teduh, dan orang-orangnya sangat ramah. Perjalanan dari rumah ke kampus memakan waktu 20 menit karena harus berjalan sejauh 4 blok dan naik bis (sayang, disini nggak ada ojek..hehe..). Jalanan pun agak sedikit mendaki. Di hari pertama saya di Texas sepulang dari groceries shopping saya harus mengangkat empat tas besar berisi belanjaan yang berat-berat dan harus berjalan mendaki 4 blok dalam keadaan panas..dan.. capek,…pokoknya hampir nangis deh…. Apalagi saat itu mengingat begitu mudahnya di Indonesia kita manggil taxi dan belanja door-to-door: keluar dari pintu hypermart naik taxi yang berhenti di depan rumah…*sigh*…



Bagaimanapun juga, berada di Austin adalah pengalaman yang sangat manis dan berharga. I love to be here…..I love Austin..

Austin, July 17, 2008

1 komentar:

Anonim mengatakan...

So... gimana lebih bagus Indo or Austin?